top of page
Writer's pictureMiss Darma

Strategi Agar Anak Menjadi Bilingual


Girikarnika Montessori

Dr. Maria Montessori mengatakan bahwa anak mempunyai pikiran yang mudah menyerap (absorbent of mind), terutama pada penguasaan bahasa. Pada usia-usia inilah waktu yang sangat tepat untuk mengenalkan mereka lebih dari satu bahasa. Anak akan mampu menyerap tanpa perlu belajar secara langsung layaknya orang dewasa. Tanpa disadari saat mendengarkan dan menyimak komunikasi yang dilakukan orang sekitarnya sebenernya mereka sedang belajar. Pada akhirnya mereka akan bisa menggunakan bahasa tersebut dan semakin bertambahnya usia kosa kata yang dimiliki akan semakin bertambah. Yang paling penting adalah orang tua yang konsisten. Tapi terkadang Ayah dan Bunda sering kali masih kebingungan dalam menentukan cara yang tepat untuk mengajarkan lebih dari satu bahasa kepada anak.


sumber : Ashawire


Strategi pertama, menurut Dr. Maria Montessori, Ayah dan Bunda bisa menggunakan pendekatan One Person, One Language (OPOL) atau satu orang satu bahasa. Caranya adalah orang tua memilih bahasa ibu masing-masing ketika berbicara dengan anak, sementara keluarga menggunakan “bahasa keluarga” yang yang sudah disetuji. Ini contohnya: keluarga yang tinggal diseberang rumah memiliki seorang anak. Satu orang tua berbahasa Bali kepada anaknya, orang tua yang satunya menggunakan bahasa Inggris kepada anaknya, dan kedua orang tua berbicara Bahasa Indonesia satu sama lain. Anak akan mempunyai pemahaman yang cukup baik dalam berbicara bersama lawan bicaranya dengan penyesuaian bahasa tersebut. Walaupun tidak mudah tetapi jika diimplementasikan cara ini sangat efektif.


Strategi kedua disebut dengan pendekatan Domain of Use atau wilayah penggunaan. Cara ini menuntut Ayah dan Bunda untuk membuat kesepakatan mengenai waktu dan tempat ketika menggunakan bahasa tersebut. Ini contohnya: saat akhir pekan diluar rumah atau hari-hari tertentu sebuah keluarga sepakat untuk menggunakan Bahasa Inggris dan saat sehari-hari di dalam rumah menggunakan bahasa ibu. Selain itu, keluarga bisa mengaplikasikannya pada saat anak hendak meminta sesuatu menggunakan bahasa ibu, orang tua bisa meminta anak untuk mengungkapkannya juga dengan bahasa asing. Pendekatan ini bisa dilakukan bertahap sesuai dengan kesiapan anak.


Beberapa orang tua, Ayah dan Bunda khawatir jika anak akan mengalami keterlambatan berbahasa apabila dibesarkan secara dwibahasa atau bilingual. Nah, terdapat penelitian-penelitian yang menujukkan hasil bahwa, anak yang tumbuh diantara lebih dari satu bahasa mereka sama sekali tidak mengalami keterlambatan pembelajaran. Sebagai contoh misalnya, anak usia 1,5 tahun yang menguasai satu bahasa mungkin memiliki kosa kata sebanyak sepuluh, sedangkan anak dwibahasa mungkin mempunyai lima kosa kata dalam satu bahasa dan 5 kosakata lagi dalam bahasa asing. Jadi level kemampuan bahasa mereka bisa saja kelihatan lebih rendah meskipun secara keseluruhan anak bilingual juga memahami sepuluh kosa kata.


Bagaimana menurut Ayah dan Bunda? Apakah tips di atas dapat diiplementasikan di rumah?

165 views0 comments

Comments


bottom of page